TEMPO Interaktif, Semarang: Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah khawatir jika fenomena batu milik Ponari bisa mendorong umat Islam memiliki sifat syirik, atau mengakui kekuatan batu sebagai penyembuh penyakit.

MUI meminta agar umat Islam tidak salah dalam memahami fenomena batu milik Ponari yang dipercaya bisa menyembuhkan segala macam penyakit. "Kalau salah memahami bisa menimbulkan kemusyrikan," kata Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah Ahmad Rafiq di Semarang, Jumat (20/2).

Rafiq mengatakan musyrik atau telah keluar dari agama Islam itu bisa timbul bagi orang yang memahami bahwa yang bisa menyembuhkan penyakit adalah batu milik Ponari, bukan Allah.

Guru Besar IAIN Walisongo Semarang ini menambahkan, anggapan seperti inilah yang salah kaprah karena menganggap kekuatan selain Tuhan sebagai sesuatu yang bisa menentukan sembuh tidaknya sebuah penyakit. "Ini yang perlu segera diluruskan," katanya.

Menurut Rafiq, pada hakikatnya yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit hanyalah Allah. Persoalan media atau lantarannya memakai batu atau air adalah persoalan lain. "Yang jelas, yang menyembuhkan penyakit itu bukan batunya. Batu Ponari hanya sebagai media saja," katanya.

Munculnya batu milik Ponari yang bisa menyembuhkan penyakit sama halnya dengan seorang dokter yang menyembuhkan penyakit dengan beberapa obat-obatan.

MUI Jawa Tengah meminta agar praktek pengobatan Ponari dengan memakai batu dihentikan dulu untuk sementara. "Ini untuk mengamankan umat Islam terjebak dalam syirik," katanya.

Rofiq berharap agar ada penjelasan kepada para pasien, yakinlah bahwa yang memberi kesembuhan adalah Allah, bukan batu. Yang memberi penjelasan itu terutama adalah Ponari sendiri, orang tua Ponari, atau orang dekat Ponari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

no sara...