Paul Johnson, penulis Amerika kelahiran 1928 pernah menulis sebuah paper yang sangat menarik untuk dipikirkan. Dia mendaftar tujuh dosa besar media massa. Saya kira, mendengarkan pendapatnya mungkin akan bermanfaat bagi kita semua, maka agar diketahui banyak orang dan bisa menjadi bahan pemikiran, berikut saya tuliskan ulang lima dosa besar tersebut (dengan bahasa dan konteks kita):

1. Distorsi informasi.
Banyak jurnalis/media massa yang memiliki kecenderungan men-distorsi informasi. Mereka tidak 'berbohong', tapi meraka sengaja mendistorsi informasi dan fakta2 pemberitaan. Dikaburkan, ditambahi bagian yang paling seru, dihilangkan bagian yang tidak menarik atau bisa mengurangi level seru, hebohnya. Mereka tidak berbohong, tentu saja mereka masih punya etika, tapi mereka sengaja mendistorsi. Silahkan baca, tonton begitu banyak berita/liputan, maka kita akan segera tahu mana distorsi informasi tersebut. Mulai dari bagaimana memilih judul, memilih paragraf pembuka, menggunakan gaya bahasa.

2. Menggunakan 'gambar2, ilustrasi, dsbgnya yang tidak relevan'
Semua orang seharusnya tahu, jurnalis, media massa, memiliki kekuatan penuh untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan sebuah berita/informasi. Apakah kita berpikir mereka memberitakan semuanya secara adil, lengkap, berimbang? Tidak. Bahkan dalam kasus tertentu, mereka suka sekali menggunakan ilustrasi, gambar, foto, video yang bahkan tidak ada hubungannya dengan berita sepanjang itu bisa membuat pembaca/penonton suka. Contoh ekstrem dari kasus ini: ada kecelakaan pesawat terbang, tidak punya fotonya, maka mereka pakai foto kecelakaan lain yang seolah lebih dahsyat sebagai background siaran, diletakkan besar2 di belakang anchor, yang terlihat seperti lagi kebelet ke belakang saking semangatnya membawakan acara.

3. Menerobos kehidupan pribadi
Apakah jurnalis/media massa itu punya privacy? Apakah mereka mau keluarga mereka, aib mereka diobrak-abrik? Tanyakan saja, pasti jawabannya tidak mau. Coba lihat, ada stasiun televisi, setiap saat ribut membuka aib orang lain, tapi aib bos-nya sendiri sama sekali tidak pernah diliput. Lucu sekali. Maka bagaimana mungkin jurnalis/media massa bisa berpikir seimbang? Media massa merusak batas2 privacy. Mereka menghancurkan definisi privacy. Bahkan mereka mungkin lupa, dalam agama, melindungi aib orang lain adalah kebaikan, karena dengan begitu Tuhan akan melindungi aib kita.

4. Pembunuhan karakter
Apakah angka kasus pembunuhan kriminalitas di dunia nyata tinggi? Maka juga tinggi pula angka pembunuhan karakter oleh media massa. Dan lucunya, sebaliknya, ada karakter tertentu, yang mungkin punya uang, kedekatan, atau apalah dengan jurnalis, justeru disanjung2, diangkat2 dengan serangkaian berita/liputan yang lebay dan tidak penting. Media massa berdosa atas kesalahan penilaian pembaca terhadap karakter2 tertentu.

5. Eksploitasi seks demi rating/sirkulasi
Memalukan memang. Amat memalukan. Tapi adalah kenyataan, media massa tidak segan2 menggunakan eksploitasi seks sebagai alat mengangkat rating/sirkulasi. Maka lebih mudah dipahami jika mereka tidak segan menggunakan cara2 rendahan lain demi mengangkat rating media mereka. Astaga, eksploitasi seks saja mereka tega, apalagi hal kecil macam lawakan tidak mutu, menjelek2an, itu sih kecil saja dibanding seks.

6. Meracuni pola pikir anak-anak
Ini dosa besar berikutnya dari media massa. Apakah mereka peduli dengan pentingnya menanamkan karakter, pendidikan moral pada anak2? Sebaliknya, mereka meracuni pola pikir anak-anak dengan informasi, liputan, dsgbnya. Anak2 tumbuh lebih cepat karena media massa, dan banyak yang tidak terkendali. Siapa yang memberikan gaya sopan-santun hari ini? Media massa menjadi bagian meracuni pola pikir anak-anak. Jangankan anak-anak yang belum bisa menyaring dengan baik, orang dewasa pun diracuni dengan pola hidup merusak.

7. Penyalahgunaan media untuk mencapai tujuan tertentu
Ini jelas sekali. Media massa sekarang banyak yang sebagai alat untuk mencapai tujuan individu, penguasa media tersebut. Melupakan kalau media massa adalah alat kontrol, alat keseimbangan. Mereka justeru menggeser keseimbangan. Penyalahgunaan nilai2 mendasar dari jurnalisme ini terlihat di mana2, tidak perlu penjelasan panjang lebar lagi.

Apakah masih ada media massa yang peduli? Bertanggung jawab? Saya tidak tahu. Dan jangan mendebat soal manfaat media massa. Kita tahu sekali jelas media massa punya sisi manfaat, dan boleh jadi amat besar. Tapi kita tidak bisa melupakan sisi negatifnya. Toh, saya hanya menulis ulang pendapat Paul Johnson. Silahkan protes ke dia kalau ada yang keberatan. Boleh jadi pendapatnya tidak valid, tidak benar semuanya, tapi melakukan refleksi atas tulisan ini pasti bermanfaat, setidaknya mulailah berhati2 demi anak2 kita, demi remaja2 kita. Berikan mereka pemahaman, proteksi. Jika kita tidak siap menandingi media massa tersebut dengan alternatif tulisan, tontonan, dsbgnya, maka ikut mengingatkan orang lain adalah perbuatan yang sangat kongkret. Selalu kunyah berkali2 setiap informasi dari media massa, gunakan saringan yg baik, dan segera tinggalkan tontonan, berita yang jelas2 tidak bermanfaat dan berguna.

________
*tere Liye  https://www.facebook.com/darwistereliye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

no sara...