Saya seringkali menemukan pertanyaan sejenis ini, misalnya, "Bang Tere, saya dulu pacaran. Sekarang saya guru SMA. Saya berkali2 ingin sekali mendidik murid saya agar tidak terlalu memikirkan soal pacaran, lebih baik fokus belajar, biar kelak ketika tiba waktunya, sudah siap dan paham. Toh pacaran itu juga dilarang agama. Tapi saya malu Bang, tidak nyaman, karena saya dulu waktu SMA pacaran. Itu terus kepikiran."

Nah, jawabannya mudah: kita tidak tinggal ruang dan waktu masa lalu. Kita hidup di hari ini, sekarang.

Semua orang melakukan kekeliruan dalam hidupnya. Ada yang ringan, ada yang sedang, ada yang berat. Bahkan ada yang super duper amat berat. Tapi kita tidak hidup di masa lalu. 

Membuat kesalahan di masa lalu, bukan berarti kita jadi kehilangan taji untuk saling menasehati. Siapa sih yang nggak pernah berbuat salah? Jangan biarkan masa lalu itu jadi kepikiran, jadi menghambat. Memaafkan diri sendiri adalah bagian dari proses memperbaiki diri. Toh, kita tahu persis kan, kalau kita sudah berubah. Kecuali kalau kita memang tidak seyakin itu telah berubah. Keinsyafan yang utuh atas sebuah kesalahan, pasti membuat kita lebih paham situasinya saat menasehati orang lain agar tidak melakukan kesalahan yang sama. 

Atau jenis pertanyaan lain: "Bang Tere saya ingin sekali punya jodoh yang baik, tapi saya pernah pacaran, dstnya... dstnya..." Maka lagi-lagi kembali ke kita masing-masing. Menebus masa lalu yang gelap itu tidak mudah. Kalau orang2 meyakini pertobatan itu sesimpel bilang, "Tuhan, saya tobat", lantas berguguran dosanya, saya kira tidak. Bahkan dalam level tertentu, terus kepikiran, mengganggu hidup kita sampai mati, adalah salah bentuk hukuman langsung. Belum lagi sanksi yang tertulis jelas dalam agama kita. Hukuman di atas dunia. Tidak bisa dianulir sanksi2 tersebut. Menurut pendapat saya harus jatuh sanksinya. Tapi saya jelas bukan ahli tafsir, jadi pendapat saya tentang proses pertobatan belum tentu kokoh, toh tulisan ini didesain dalam kacamata yang lebih ringan. Jadi silahkan merujuk ke banyak pendapat.

Tetapi apapun pendapat yang kalian yakini, kita tetaplah bukan mahkluk masa lalu. Kita tidak tinggal di rumah masa lalu. Hidup ini terus maju. Kejadian itu tidak bisa diputar lagi bukan? Tidak bisa. Sudah selesai. Maka yang tertinggal adalah bagaimana selanjutnya. Berubah menjadi lebih baik jelas sekali satu-satunya pilihan. Kecemasan, ketakutan yang terus menghantui adalah konsekuensi dari proses berubah tersebut. Dijalani, dilewati dengan level keinsyafan yang baik. Penyesalan, penebusan. Maka semoga Tuhan memberikan kesempatan kedua, ketiga, dstnya. Boleh jadi akan datang jodoh yang baik.

Semua orang punya 'hantu' masa lalu. Ada yang ringan, ada yang serius. Saya tidak tahu hantu masa lalu apa yang kalian miliki, tapi tetap saja hantu2 itu ada di belakang. Kita hidup 'di masa sekarang'.

Mungkin demikian. 


________
*tere liye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

no sara...