Ketika kita marah dengan Tuhan, benci sekali atas takdir Tuhan,
bilang Tuhan tidak adil, apakah kita seketika berhenti bernafas?
Diambil oleh Tuhan oksigen di sekitar kita? Apakah kita berhenti minum?
Diambil seketika oleh Tuhan H2O itu di sekitar kita? Tidak, kan? Padahal
mudah saja.
Itulah kasih sayang Tuhan.
Ketika kita sedih sekali, sedih sesedihnya atas banyak hal, kecewa, kecewa sampai mentok mentoknya, apakah lantas jantung kita berhenti berdetak? Ngambek jantungnya, karena kita sedang sedih. Ngambek paru-paru kita, karena kita sedang kecewa. Tidak, kan? Padahal jelas, jantung dan paru-paru, pun termasuk kedipan mata, itu tidak kita kendalikan, itu 'sistem otomatis' hadiah dari Tuhan. Mudah saja kalau Tuhan 'bosan' melihat kita sedih terus, nggak maju2, disuruh berhenti semuanya. Tapi tidak, kan?
Itulah kasih sayang Tuhan.
Ketika kita sedih sekali, sedih sesedihnya atas banyak hal, kecewa, kecewa sampai mentok mentoknya, apakah lantas jantung kita berhenti berdetak? Ngambek jantungnya, karena kita sedang sedih. Ngambek paru-paru kita, karena kita sedang kecewa. Tidak, kan? Padahal jelas, jantung dan paru-paru, pun termasuk kedipan mata, itu tidak kita kendalikan, itu 'sistem otomatis' hadiah dari Tuhan. Mudah saja kalau Tuhan 'bosan' melihat kita sedih terus, nggak maju2, disuruh berhenti semuanya. Tapi tidak, kan?
Itulah kasih sayang Tuhan.
Di
dunia nyata, jika kalian membuat orang berkuasa tersinggung, maka bisa
berabe. Di perusahaan misalnya, bisa dipecat, diusir. Di sekolah, bisa
di DO, disuruh keluar. Atau tersangkut urusan dengan pihak berwajib,
bikin mereka marah semarahnya, wah, ujungnya bisa dimasukkan ke
kerangkeng besi. Atau yang simpel, melanggar peraturan page ini,
langsung saya kandangkan, tidak bisa komen lagi. Itulah kasih sayang
manusia, terbatas, bahkan yang lapang hatinya, luas pemahamannya, tetap
terbatas.
Tidak ada yang lebih menakjubkan dibandingkan
menafakuri hakikat 'kasih sayang Allah'. Sungguh, kasih sayangnya
menggapai sudut-sudut gelap, orang2 jahat, bahkan para perusak di muka
bumi sekalipun. Dan kasih sayangnya, tidak terbilang, tidak terkatakan.
Kita semua tahu, salah satu turunan dari sifat kasih sayang adalah
memberi. Maka lihatlah begitu banyak yang diberikan Allah kepada kita,
gratis, tanpa imbalan. Lantas apakah kita sudah membalasnya? Entahlah.
Saya
kadang tidak bisa menulis hal ini panjang lebar, karena kadang tiba2
saja saya kehabisan energi. Sesak oleh sesuatu. Maka akan saya tutup
saja catatan ini dengan hal simpel: Hei, kita bisa jatuh hati pada orang
yg terus menerus memberikan kebaikan. Sekeras apapun batu itu, tetap
berlubang oleh tetes air terus menerus. Padahal apalah arti tetes air
kecil dibanding batu. Kita bisa jatuh hati pada orang yg terus menerus
peduli pada kita. Sesulit apapun meruntuhkan gunung perasaan, satu
persatu dicungkil badannya, pasti akan rubuh pula gunungnya.
Kita jatuh hati karena itu bukan?
Lantas,
apakah kita tidak jatuh hati pada yg maha pemberi kebaikan, duhai,
setiap hari hidup kita diberi oksigen utk bernafas, air minum utk
melepas dahaga, kesehatan, dan tak terhitung nikmat lainnya. Lantas,
apakah kita tidak jatuh hati pada yg maha terus menerus peduli, aduhai,
setiap hari kita dijaga dari marabahaya, dilapangkan jalan, dijauhkan
dari penghalang, dan tak terhitung kepedulian lainnya, siang malam.
Tidakkah kita jatuh hati pada Tuhan kita?
_______
*tere liye
Tags: fall in love
, jatuh hati
, tere liye
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
;-(
BalasHapus